UNSUR-UNSUR TEATER
Pementasan drama atau teater sebagai suatu kegiatan kesenian pertunjukan
mengandung unsur-unsur yang masing-masing memiliki kriteria yang harus
dipenuhi antara lain :
Reportoar/skrip naskah harus mengandung atau memuat :
a. Premise/tema :
landasan intisari yang menentukan arah dan tujuan cerita. Juga
merupakan kerangka dasar pengembangan cerita sehingga memiliki isi yang
esensial. Tema adalah konflik atau permasalahan yang akan disajikan. Ada
beberapa kategori tema yaitu (1) perjuangan (mengenai nasionalisme,
pembebasan diri dari ikatan penjajah, kebangkitan kesadaran untuk
merdeka). (2) Sosial manusia (kemiskinan, pelacuran, korupsi, kecurangn,
politik, penyimpangan kaidah-kadiah hidup, kejahatan dan masalah moral
kebersamaan) (3) Cinta (Dalam arti kata luas, cinta kasih, nafsu, cinta
sejati) (4) Kejiwaan (Perlakuan menyimpang, kondisi mental, skeptis dan
apatis) (5) Keagamaan (sarana dakwah, penyadaran terhadap kewajiban
moral agama) (6) Metafisik (hubungan nasib manusia dengan Tuhannya) (7)
Budaya (perkembangan zaman), (8) Kesejarahan yang dapat diceritakan
melalui janilan kisah aksi, tragedi, komedi dan histori.
b. Plot/Alur Cerita:
drama sebagai roh dari teater merupakan unsur penting yang harus
diperhatikan yaitu tema dan plot atau alur cerita. Plot atau alur cerita
adalah muncul, berkembangnya dan penyelesaian suatu konflik (masalah).
Karena drama selalu bicara tentang perbenturan dua atau lebih perbedaan
yang saling berlawanan sehingga memunculkan deretan peristiwa.
Setidaknya ada tiga teori mengenai plot/pola alur cerita yang
didefinisikan sebagai dramatic line atau garis dramatik yaitu :
(1) Menurut Aristoteles dalam hukum komposisi drama mengemukakan bahwa garis laku/lakon yang pertama : protasis: permulaan yang menjelaskan motif lakon, Epitasi : jalinan kejadian, catasis : puncak laku dan castastrophe : penutup.
(2) Menurut W. H. Hudson pola drama berkembang dan tersusun dari dramatilicline yang dimulai dengan insiden : kejadian mula yang memunculkan konflik, rising actioin : pertumbuhan konflik yang kompleks, klimaks : titik jenuh maksimal perkembangan konflik, antiklimaks : pencarian jalan keluar pemecahan konflik, falling action : ditemukannya dan dijalankannya proses pemecahan konflik, katastrope : keputusan akhir dalam menyelesaikan konflik.
(3) Menurut Gustav Freytag (1819) yang pertama Eksposisi : penjelasan posisi dalam suatu konflik, Rissing Action, Klimaks, Resolution : keputusan dan heppy endding : kemenangan, atau denuomen : komedi.
c. Propsosisi :
langkah-langkah cerita yang bersumber pada pelaku utama, peristiwa yang
ada di dalamnya harus tersusun menjadi kesatuan yang logis, mengarah
pada penyelesaian konflik; sehingga tidak diperbolehkan ada permasalahan
lain yang tidak ada hubungannya dengan konflik yang dihadapi pelaku
utama.
d. Dialog :
percakapan antara dua orang atau lebih. Dialog merupakan cerminan
terhadap karakter pelaku, gerak laku, perkembangan konflik. Kata-kata
dalam dialog memiliki fungsi untuk melahirkan faktor psikoligis,
pertumbuhan emosi, motif, kemauan, kekusutan yang pada dasarnya
merupakan “the force behind action”.
e. Action dirt :
merupakan perintah laku gerak badaniah atau sering disebut stage
direktion dan penjiwaan (karakterisasi) yang diperoleh dari pemahaman
dialog dimana dialog merupakan penjabaran dari plot.
f. Monolog : percakapan yang dilakukan oleh satu orang meskipun terdiri dari beberapa peran.
g. Solilokui :
pembicaraan seorang pelaku mengenai dirinya sendiri atau situasi yang
sedang berjalan yang memiliki fungsi pemberitahuan kepada penonton apa
yang sedang dialami/terjadi.
h. Aside : komunikasi secara langsung pemeran dengan penonton.
i. Prolog : informasi yang disampaikan kepada penonton sebelum adegan dengan tujuan menuntun penonton pada situasi yang akan dilakonkan.
j. Epilog adalah informasi yang disampaikan kepada penonton sesudah adegan dengan bentuk suatu kesimpulan/penyelesaian konflik.
k. Karakterisasi :
perwatakan tokoh harus jelas dan memilik konsep yang tegas. Perwatakan
yang dilakukan secara ekspresif akan membuat drama menarik. Pengungkapan
watak tokoh dapat diungkapkan secara tidak langsung melalui solilokui,
dialog, plot, ackting.
l. Setting : latar belakang waktu dan tempat
m. Tata adegan : pembagian beberapa bagian dalam bentuk peristiwa dan setting tertentu
n. Plan Maseter :
struktur cerita (Plot) yang terbagi dalam setiap adegan/babak dengan
menampilkan pemeran, inti pembicaraan, tata adegan, suasana, setting
waktu dan tempat, tata iringan. Semua crew yang terlibat dalam produksi
teater harus memiliki skrip naskah sehingga suatu cerita pertunjukan
terpola dan dapat dinikmati penonton dengan jelas.
Sutradara memiliki wewenang mutlak dalam suatu pertunjukan sebagai karya
seninya. Ia adalah tokoh sentral yang harus menguasai semua unsur dalam
drama dan teater. Seorang sutradara dituntut memiliki etos kerja yang
tinggi, ide kreatif, dan memiliki wawasan yag luas, karena ia adalah
seorang perancang, pelaksana, sekaligus evaluator dalam kegiatan teater.
Sutradara adalah seniman pencipta pementasan drama, seniman adalah
saksi kebenaran. Seorang seniman harus jujur pada dirinya sendiri dan
juga pada orang lain, sehingga seorang seniman memiliki tugas pokok
menemukan kebenaran lalu menyampaikannya melalui media seni pada
masyarakat, jika tidak demikian maka karya seninya adalah kebohongan,
penjerumusan/penyesatan dan pembunuhan hakikat kebenaran manusia.
Seorang sutradara adalah seniman, sama halnya dengan seroang dalang
dalam wayang kulit. Dia memegang kebenaran, memegang remote control atas
karya seni dan pesan yang harus tersampaikan melaui media seninya.
Pemeran yang akan melakukan peran tokoh drama harus melalui poses
casting hal ini harus dilakukan sutradara untuk mengetahui bentuk tubuh,
wajah, dan kecakapan agar sesuai dengan maksud naskah drama. Pemeran
dituntut untuk menguasai bidang keahlian ackting, penjiwaan, blocking,
vokal (apa yang tertuang dalam skrip naskah drama). Dalam pemeranan
tokoh dikenal ada 4 jenis kepentingan pelaku yaitu :
a. Protagonis : Pelaku utama/pokok yang menjadi pusat cerita
b. Antagonis : Pelaku yang menyebabkan timbulnya konflik yang melibatkan protagoonis
c. Tritagonis : Pelaku penengan di antara protagonis dan antagonis
d. Figuran : Pelaku pendukung yang menentukan hubungan peristiwa dan penegasan cerita.
Dalam suatu pertunjukan drama, semua pemeran memiliki posisi penting
dalam penyajiannya baik itu utama, maupun pendukung. Hal ini terjadi
karena merupakan proses penampilan bersama dimana kesemuanya saling
mendukung. Mereka harus mampu mengkomunikasikan bahasa naskah kepada
penonton, pemeran harus mampu menerjemahkan perannya karena ketika
berada di atas panggung tanggungjawab karya seni sutradara ada pada
pemeran. Proses penciptaan peran terdiri dari 3 tahap yaitu :
a. To play to character (memainkan peran) tahap pengenalan penafsiran karakter dasar tokoh
b. To act the characther (memerankan peran) tahap pendalaman laku karakterisasi mendalam
c. To be characther (menjadi peran) tahap tertinggi sebagai peleburan diri menjadi tokoh.
Untuk mendalami tahapan penciptaan peran bisa memulai dengan teknik
menirukan laku sendiri di keseharian, laku tokoh film/drama/orang yang
dimaksud, binatang dan alam.
Tata musik/ilustrasi/efek sangat penting karena merupakan pendukung
penuh penciptaan suasana suatu adegan sehingga menggiring penghayatan
pemeranan dan pengertian maksimal penonton. Juga sebagai pengisi
kekosongan dan peralihan. Akan lebih baik lagi apabila ilustrasi/musik
dibuat secara live bukan berasal dari rekaman audio. Sebuah pertunjukan
teater ada 3 konsep tata iringan yaitu tradisional, modern, dan
kontenporer.
Pentas dalam tata tempat harus memperhatikan kebutuhan penonton dan
pemain. Tata tempat dikenal adanya teater prosenium (terbatas) yaitu
bentuk tempat yang secara tegas memisahkan (membingkai) antara apron
(bagian panggung pentas yang menonjol ke depan) dengan penonton dan non
prosenium (terbuka) adalah tempat yang tidak memisahkan secara tegas
batas penonton dan panggung pentas. Teater prosenium dapat disusun
secara :
Tata panggung atau scenery atau dekorasi adalah tata panggung yang tidak
hanya terbatas pada stage tetapi juga keseluruhan pendukung suasana dan
perwatakan tokoh pada tiap-tiap adegan yang disajikan. Berdasarkan
lokasi perwujudannya, stage artistik dibagi menjadi :
a. Interior set : Dekorasi yang menggambarkan di dalam ruangan
b. Eksterior : Dekorasi yang menggambarkan di luar ruangan
Sedangkan untuk settingnya terdiri atas :
a. Tradisional /konvensional set : Gaya dekorasi yang menunjukan sifat kedaerahan sesuai kebiasaan zaman/daerah tertentu.
b. Natural set : Gaya dekorasi meniru keadaan alam yang sesunggunya.
c. Modern/minimalis set : Gaya dekorasi yang memiliki prinsip praktis.
Mengenai dekorasi panggung (background). Ada beberapa yang harus diperhatikan antara lain :
a. Lokatif; ruang gerak laku
b. Ekspresif; pernyataan suasana lakon
c. Komunikatif; dapat dilihat dan dimengerti oleh penonton
d. Praktis; Rancangan sederhana
e. Bermanfaat; dapat dimanfaatkan terus menerus bagi pemeran
f. Organis
elemen visual; merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan termasuk
di dalamnya property atau benda-benda yang digunakan untuk mendukung
suasana dan kepentingan acting pemeran.
Memiliki fungsi untuk membentuk memperkuat karakter pemeran tokoh dan
membantu gerak laku disamping memberikan kemudahan penerjemahan cerita
pada penonton. Dalam kostum rias harus diperhaikan aspek fisik tokoh,
waktu, peristiwa, status sosial, efek sinar lampu dan bahan rias yang
digunakan. Dalam merias seorang penata rias harus memperhatikan :
gambaran pemeran/tokoh yang diperankan. Meliputi usia, jenis kelamin,
perwatakan menonjolkannya, status sosial, domisili, kesejarahan dan
fisik spesifik lainnya.
Peralatan rias/makeup terdiri dari
b. Foundation (stick dan pasta).
c. Lines sebagai batas anatomi muka (eyebrow pen, eyelash, lipstik, high light, shadow, eyes shadow).
d. Rouge; untuk mempertajam tulang pipi dan dagu.
e. Cleansing membersihkan tata rias.
Dalam penataan kostum ada lima tipe busana yang bisa dikembangkan naskah lakon yaitu :
a. Historis Costum yaitu busana yang terkait erat dengan kesejarahan.
b. Tradisional Costum yaitu busana yang memiliki karakter spesifik secara simbolis dan distilasi.
c. National costum yaitu busana yang terkait erat dengan identitas suatu bangsa/daerah.
d. Modern Costum yaitu busana yang dipakai pada masa kekinian.
e. Kontemporer Costum yaitu busana yang respresentatif menonjolkan karakter secara esensial dan simbolis seta terkadang fantastis.
Tata suara adalah sebuah teknik pengaturan suara yang akan mempertajam
pendengaran penonton dan pemeran teater/ alat yang sering digunakan
adalah mikrofon sebagai bagian dari sound system yang berfungsi
memperkeras suara. Secara umum jenis mikrofon yang digunakan untuk
pementasan terdiri dari 6 jenis yaitu :
a. Mikrofon omni/nondirectional; digunakan dari segala penjuru dengan hasil yang sama.
b. Mikrofon Bidirectional; digunakan dari arah depan dan belakang.
c. Mikrofon Unidirectional; digunakan dari arah depan.
d. Mikrifon Meja/lantai; digunakan pada lantai atau meja.
e. Mikrofon Lapel/wearless; digunakan oleh pemeran yang ditempel di dada/tanpa kabel.
f. Mikrofon Bo om; dilengkapi dengan batang panjang yang bisa di atur jaraknya.
Lighting adalah sebuah teknik menerangi (memberi pencahayaan total,
menghilangkan area gelap) dan menyinari (memberi pencahayaan yang lebih
spesifik). Pencahayaan akan membentuk situasi, mempertajam ekspresi dan
menyinari gerak pemain sehingga penonton akan mampu fokus, sebagai
pengubah satu peristiwa ke peristiwa yang lain. Secara umum jenis lampu
yang digunakan untuk pementasan terdiri dari 4 jenis yaitu :
a. Lampu
Flood; digunakan sebagai penerangan yang utama untuk menerangi seluruh
area pementasan biasanya dipasang di tengah atas panggung.
b. Lampu
Spot; digunakan untuk memberikan sinar intensif pada satu titik atau
bidang tertentu, biasanya diletakkan di belakang penonton atau
depan/bawah panggung.
c. Lampu
Strip; merupakan sederetan lampu yang terdiri dari warna primer
sekunder (merah, hijau, kuning, biru, ungu) jenisnya dibagi menjadi open
strip (lampu tanpa sekat) dan strip kompeartemen (memiliki sekat).
d. Lampu
ultra; digunakan untuk menghasilkan cahaya yang peka terhadap warna
tertentu seperti warna violet yang peka pada warna putih.
Penonton bisa berarti penikmat atau pengamatan keberhasilan suatu
pentas. Sampai sejauh ini teater modern lebih sedikit penontonnya tapi
kualitas penikmatanya baik, kebalikan dengan teater tradisional yang
untuk saat ini rata-rata penonton banyak akan tetapi sudah bukan
penikmat keseluruhan pertunjukan, biasanya mereka hanya mengambil sisi
totonan bukan tuntunannya sehingga banyak yang hanya menyaksikan dagelan
(kethoprak) dan limbukan/gara-gara (wayang kulit/orang) sehingga
mengaburkan pesan/esensi teater. Meskipun dalam pementasan untuk
membahas dan menemukan esensi universal sebagai hasil inti
penikmatan/menonton karya teater. Ada juga yang mensiasatinya dengan
membuatkan katalog produksi teater yang diberikan kepada penonton
sebagai pra kondisi untuk menyamakan persepsi penangkapan esensi drama
pada awal pementasan, agaknya cara yang terakhir ini lebih mudah,
efisien dan efektif dibanding cara yang pertama. Kehadiran penonton
sangat penting dalam penilaian kesuksesan teater secara menyeluruh, hal
ini bisa didapat dengan publikasi yang bagus, kualitas pemain yang apik,
kerjasama yang baik dengan berbagai pihak dan pupularitas
cerita/pemainnya.
1. Menentukan Bentuk Drama
Drama yang akan dipentaskan dalam teater cukup bervariasi anta lain :
a. Dramatisasi
dari peristiwa sejarah pengertian ini mengacu pada bentuk teks sejarah
yang bisa dikembangkan dengan cara pikir pengarang/penulisnya sendiri.
Dengan mengambil seting dan penokohan cerita sejarah akan lebih mudah
dipahami masyarakat penikmat karena refrensi mereka tentang sejarah
sudah ada dalam alam imaji penonton.
b. Dramatisasi
Puisi. Tidak semua puisi dapat di dramatisasikan, hanya teks puisi
naratif dan deskreptif yang artinya memiliki alur cerita dan penokohan.
Puisi primatif pun dapat dikembangkan menjadi bentuk prosa/uraian dan
dibuat dramatisasi sepanjang penulis mampu menangkap esensi puisi
tersebut.
c. Dramatisasi
cerpen lebih mudah dari dramatisasi puisi, karena cerpen telah memiliki
esensi yang tersirat dari narasi fiksi diubah dalam teks drama.
d. Menyadur
atau mengadaptasi merupakan upaya kreatif karena mengalihkan bentuk
budaya asal menjadi bentuk budaya baru atau memindahkan konteks
setting/latar yang satu ke konteks seting latar yang lain. Akan tetapi
ada persyaratan yan harus dipenuhi dalam menyadur yaitu :
- Plot cerita tidak boleh berubah.
- Karakterisasi pemeran dan situasi tidak boleh diubah.
- Latar budaya sebagai setting harus diubah secara menyeluruh bukan sekedar nama dan tempat.
- Konflik dalam teks asli memiliki kemungkinan terjadi pula dalam konteks konfliks yang diadaptasi (universal konflik).
e. Menciptakan
drama sendiri; adalah kreatifitas yang akan dituju. Menulis drama
sendiri adalah salah satu tujuan penting dari upaya menghantar pemahaman
tentang seni drama dan teater. Untuk mampu menciptakan drama sendiri
kita akan pelajari lebih jauh pada materi berikut.
Agak sulit menentukan dalam penyusunan teknik menulis sebuah naskah
drama karena sampai saat ini belum ada ahli yang secara jelas
menjelaskan urutan teknik menciptakan karya seni. Hal ini terjadi karena
para seniman beranggapan bahwa karya drama bukanlah karya ilmiah yang
memiliki aturan sestematika baku. Karya drama harus khas. Jika ada
penulis drama yang menulis karyanya sama dengan sistematikan drama karya
orang lain, ia bisa dianggap sebagai plagiator atau epigon. Namun
paling tidak ada konvensi yang harus dipenuhi dalam upaya mendekati
hasil yang universal. Konvensi yang dimaksud pada dasarnya adalah
nilai-nilai yang terkandung dalam teks. Nilai intrinsik dan nilai
ekstrensik yang merupakan satu kesatuan yang harus seimbang, sehingga
kualitas drama akan dapat diakui oleh penikmat. Nilai intrinsik
merupakan nilai bentuk naskah yang harus dapat ditangkap maksud dan
kejelasanya dalam upaya penciptaan kesimpulan dan imaji baru oleh
penikmat. Penulis memiliki kebebasan dalam menuangkan gagasan secara
utuh sesuai dengan esensi yang ingin dicapainya, visi yang digunakan.
Rancangan bangun konflik bebas dibuat oleh penulis. Kecuali pertimbangan
etika, estetika dan puitika maka tidak ada yang dilarang dalam menulis
drama.
Penulisan drama erat kaitannya dengan sastra dimana penulis harus mampu
memilih kata (diksi), membangun imajinasi, irama, dan kesan. Hal itu
bisa dicapai jika seorang penulis drama memiliki pengalaman batin dan
pengalaman seni, yang hanya didapat dengan melibatkan diri dalam
kehidupan seni dan kemanusiaan (dengan menonton, mendengar, membaca dan
menikmati karya seni orang lain serta refrensii keilmuwan) adapun
langkah-langkahnya antaralain :
(1) Mengidentifikasikan tema
Subject master atau gagasan pokok adalah tujuan dan cara pandang visi
seniman yang harus diteremahkan dalam bahasa, tema merupakan hal yang
obyektif, tidak dibuat-buat dan jelas dan tegas sehingga akan mudah
dipahami dan ditafsirkan oleh pembaca. Secara garis sederhana terdapat 5
klasifikasi tema yaitu :
a. Pribadi
(Physical) cenderung pada keadaan jasmani yang terfokus pada keadaan
dan perasaan dirinya yang mempengaruhi tindakan pribadi.
b. Moral (organic) menyangkut moralitas dan etika hubungan antar manusia.
c. Sosial,
meliputi hal-hal diluar permasalahan pribadi seperti, dalam lingkup
yang heboh besar (kelompok) baik itu mengenai politik, ekonomi, hukum,
budaya, pendidikan, propaganda.
d. Egoik, menyangkut reaksi pribadi terhadap pengaruh sosial.
e. keTuhanan (devile). Berkaitan dengan kondisi dan situasi religiusitas manusia.
Dalam kemampuan seorang penyusun tema terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain :
a. Kekayaan imaji penulis : pengalaman dan pengetahuan membayangkan hal-hal yang ditulis
b. Kecendikiawanan penulis : pemikiran yang matang dan tidak memihak sisi kehidupan
c. Kearifan : pengungkapan diksi menimbulkan simpatik dan nasehat
d. Originalitaas : cara berfikir dan cara pandang serta pengungkapan yang khas.
(2) Menyusun
struktur plot tidak akan pernah ada cerita tanpa plot. Plot merupakan
rangkaian peristiwa yang saling berhubungan, saling mendukung, bagaimana
sebuah plot dirangkai berdasar hukum kausalitas (sebab akibat) yang
menimbulkan kenikmatan pembaca dan tercapainya visi dan misi cerita
adalah tergantung skill penulis. Pada dasarnya sebuah cerita terbagi
atas 3 bagian besar yaitu awal, tengah, dan akhir cerita. Seperti teori
laku yang dikenalkan oleh Aristoteles (protasis, Epitaso, Catasis dan Catasthrope). Untuk itu perlu dipelajari kembali unsur-unsur drama.
(3) Menciptakan
tokoh dan karakterisasi. Sebuah plot akan berklembang jika ada konflik.
Konflik akan muncul jika ada kehendak/aksi/action dan act akan muncul
jika motif karakter yang berpern. Lalu bagaimana menciptakan karakter
untuk mendukung plot? Aristoteles telah membagi dalam 4 jenis karakter.
Untuk menentukan itu harus dimulai dar nama/julukan (identitas mewakili
imaji fisik, psikis, latar belakang budaya, pendidikan).
Profesi/kegiatannnya dan kebiasaanya.
(4) Menciptakan
konflik. Temukan sebuah motif yang berbeda satu tokoh dengan yang lain
dalam memandang suatu nilai kehidupan, sehingga dalam cerita terjadi
hubungan kasualitas (sebab akibat). Konflik akan mucul jika terjadi
pergesekan motif, kepentingan, perbedaan cara pandang dan pertentangan
ide. Kemudian konflik akan berkembang dengan konsekuensi atas motif
masing-masing, tetapi harus tetap dalam koridor saling berhubungan dan
aspek yang terakhir dan konflik adalh lebih pada bersifat surprise
(kejutan) apakah penyelesaian oleh tokoh, oleh tritagonis, oleh alam,
atau dikembalikan kepada penikmat seperti dalam kisah-kisah wayang
kulit.
(5) Menciptakan
latar. Latar atau setting terbagi dalam 4 keluarga : (1) tempat
(geografis), (2) waktu (siang malam), (3) sosio culture (status, budaya,
intelektualitas, emosi, pendidikan dsb), (4) Religio (keyakinan, agama)
dimana ruang konflik itu ada dan terjadi.
(6) Bahasa
dramatik. Bahasa adalah medium utama drama, naskah yang baik adalah
yang dapat dikomunikasikan dengan pembaca, pemeran, sutradara, dan semua
yang akan terlibat dalam proses teater. Bahasa dramatik adalah diksi
untuk memperoleh effek penegasan terhadap konflik batin pemeran,
mendukung motif, emosi, plot/tema/alur sehingga harus jelas, tegas
efisien, efektif tidak bertele-tele atau bulet dan tidak membuka
kesempatan permasalahan lain di luar konflik utama.
Ada tiga unsur utama untuk menentukan sebuah karya seni yaitu seniman,
hasil karya materiil/spirituil dan masyarakat. Yang akan menjadi bentuk
peristiwa seni. Peristiwa seni dalam teater diarahkan untuk menumbuhkan
pengalaman seni. Pengalaman seni adalah pemahaman nilai-nilai moral,
spiritual dan visi pencipta yang disampaikan oleh teater. Sehingga
menumbuhkan sikap dan keputusan pribadi dalam diri penikmat dalam
menghadapi konflik yang dipentaskan dalam teater. Sebagai contoh marilah
kita identifikasi esensi sebuah cerita drama.
H. MENAGEMENT PERTUNJUKAN TEATER
Mempersiapkan sebuah pementasan drama atau teater merupakan saat yang
sulit yang harus dilalui oleh semua orang yang terlibat dalam
penggarapan Teater. Mempersiapkan sebuah teater adalah menciptakan dunia
tersendiri, dunia dimana kolektivitas adalah roh yang menghidupinya.
Sebagai sebuah seni pertunjukan yang memiliki unsur dan fungsi maka
teater merupakan kegiatan kolektif. Sebagai bentuk karya seni melibatkan
kinerja berbagai disiplin ilmu antara lain seni sastra (naskah), rupa
(design, busana, background, rias, properti), musik (komposisi iringan,
vokal), tari (koreografi), manajemen (publikasi, jadwal, pendanaan,
panggung), peran (ackting, bloking, perwatakan, mimik), komposisi
pentas (Sound sistem,
pencahayaan), tata tempat (penonton) sehingga teater sebagai sebuah
kerja kolektif masing-masing bidang mempunyai peran yang sama
pentingnya. Sehingga sukses dan tidaknya sebuah teater tidak hanya
tergantung pada pemeran dan sutradara tetapi lebih sebagai peran
maksimal semua disiplin ilmu yang ada di dalamnya termasuk penonton.
Dalam mempersiapkan produksi teater seorang sutradara sebagai tokoh
sentral dari sebuah produksi teater sekaligus penanggungjawab dan
seniman sebuah karya teater setidaknya harus ada 2 komponen besar yang
membantu untuk bekerja bersama dengan yang berkesinambungan yaitu :
1. Managemen Produksi (manager Production)
a. Ketua (bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan management produksi).
b. Sekretaris (surat menyurat, proposal, mencatat kegiatan, agenda).
c. Bendahara (mengurus pemasukan, pengolahan dan pengeluaran uang).
d. Koordinator Latihan (penjadwalan, tata tertib, komunikasi).
e. Sie publikasi (materi design publikasi, promosi).
f. Sie Spnsorship (menggali sumber keuangan).
g. Sie Dokumentasi (pengadaan foto, penyimpanan arsip, pra sampai dengan pasca produksi).
h. Sie konsumsi (menyajikan kondumsi pra sampai dengan pasca produksi)
i. Sie tempat (mempersiapkan lokasi, setting tempat penonton dan stage)
j. Sie transportasi (mempersiapkan dan menjalankan alat transportasi)
a. Sie panggung (mempersiapkan bentuk dan ukuran panggung).
b. Sie
Dekorasi dan properti (mempersiapkan materi background stage sesuai
adegan dan pengadaan properti yang diperlukan dalam pementasn).
c. Sie Rias Costum (menyiapkan, menata busana dan rias wajah/tubuh pemeran).
d. Sie Lighting (menyiapkan, menjalankan pencahayaan stage dan loksai pentas).
e. Sie sond system (menyiapkan dan mengoprasikan sound system).
3. Managemen Pendukung apabila diperlukan
Misalnya tata acara, MC, penerima Tamu, undangan, penonton, penjaga karcis, keamanan, P3K, accountan publik